Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 Oktober 2011

Data Pendaftar

Pelatihan : Sosialisasi ALCoB dan Pelatihan Pembuatan Website Sekolah dengan CMSBalitbang Kemdiknas Tgl Pendaftaran : 01-10-2011 s.d 17-10-2011 Keterangan : Berasal dari sekolah di wilayah provinsi tersebut (diutamakan sekolah yang belum memiliki Website Sekolah) Sekolah telah memiliki koneksi internet� Menguasai TIK (minimal Office + Internet) Membawa laptop� selama pelatihan Mengisi formulir pendaftaran secara lengkap Melengkapi data-data yang disyaratkan dalam bentuk zip (1. Surat Permohonan ke Kementerian Kominfo untuk penggunaan domain, 2. Surat kuasa kepala sekolah kepada pengelola web (peserta pelatihan), 3. Scan KTP Kepala Sekolah, semua file dalam bentuk .jpg dan disatukan menjadi .zip.� Contoh file silahkan didownload disini ) Semua field harus diisi, bila data tidak ada silahkan diberi tanda "-" (tanpa tanda petik). �� - Surat Kuasa Kepala Sekolah kepada Penanggung Jawab �� - Surat Izin Penggunaan Domain dari Kepala Sekolah ke Depkominfo �� - KTP Kepala Sekolah / KTP Penanggung Jawab �� �� * Semua Kelengkapan data di scan dalam format JPG dengan ukuran kurang dari 256 KB � * Dan PASTIKAN ANDA SUDAH MEMILIH LOKASI PELATIHAN pada FORM diatas Awal Sebelum | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | Lanjut Akhir Tgl Daftar Nama Tempat Bertugas Lokasi Kegiatan Status 13-10-2011 Anna Dwi Maya, S.Pd SDN 010 Sungai Kunjang Kalimantan Timur - 13-10-2011 Dian Wulandari, SE SPS Pos PAUD Dahlia 1 Kalimantan Timur - 13-10-2011 Muhammad Yahya SMK Negeri 1 Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 DWI RENO BOEDIHARTATI, S.Pd SDN NO 028 SamarindaSeberang Kalimantan Timur - 13-10-2011 Aris Budiawan Thalib SMK Negeri 20 Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 SURYA CHANDRA SMAN 1 Tanjung Raya Sumatera Barat - 13-10-2011 Aris Budiawan Thalib SMK Negeri 20 Samarinda Lampung - 13-10-2011 Aris Budiawan Thalib SMK Negeri 20 Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 SURYA CHANDRA SMAN 1 Tanjung Raya Sumatera Barat - 13-10-2011 Laksmindra Dwi K., S.Pd, M. Cs SMAN 13 Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 Solihin,S.Si SMAM.2 Al-Mujahidin Balikpapan Kalimantan Timur - 13-10-2011 ZULKIFLI, S.Hut SMP NEGERI 24 SAMARINDA Kalimantan Timur - 13-10-2011 Angga Saputra, S.Kom SMK TI Airlangga Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 Muhammad Yani SMK TI Airlangga Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 SUHARMAN, S.Pd SDN 021 Samarinda Seberang Kalimantan Timur - 13-10-2011 SUHARMAN, S.Pd SDN 021 Samarinda Seberang Kalimantan Timur - 13-10-2011 NUR MUHRIANTI ASAN, S.Pd SMKN 1 BANTAENG Lampung - 13-10-2011 SUGIONO S.Pd SMK N 8 SAMARINDA Kalimantan Timur - 13-10-2011 Muhammad Yani Samarinda Kalimantan Timur - 13-10-2011 Fadliansyah SDN 022 Samarinda Utara Kalimantan Timur - | Daftar Pelatihan | Copyright © 2011. www.kajianwebsite.org. Website engine's code is copyright © 2011 Tim Balitbang Depdiknas versi 3.5 Best viewed in Mozilla Firefox 1024 x 768 resolution. Design by Artister

Selasa, 11 Oktober 2011

Batas Akhir Honorer Menjadi CPNS Adalah Tahun 2012

Pemerintah menargetkan penyelesaian masalah honorer tuntas pada 2012 mendatang. Pasalnya, pengangkatan CPNS dari honorer kategori satu (yang dibiayai APBN/APBD) akan dilakukan tahun ini. Itu berarti yang tersisa honorer kategori dua (tidak dibiayai APBN/APBD). “Penyelesaian honorer akan dituntaskan pada 2012. Yang jadi sasaran adalah honorer kategori dua (yang tidak dibiayai APBN/APBD) karena kategori satu sudah tahapan menunggu penetapan NIP,” tutur Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan di Jakarta, Selasa (8/3). Untuk honorer kategori dua akan dimasukkan dalam formasi CPNS 2011 dan dites tahun ini. Sedangkan pemberkasan NIPnya dilakukan pada awal 2012. “Kategori satu pasti tuntas tahun ini. Kalau kategori dua sulit tahun ini diselesaikan karena mereka masih harus dites lagi. Tidak seperti kategori satu yang tanpa tes,” ujarnya. Ditanya formasi formasi CPNS untuk honorer kategori, menurut Mangindaan, masih tetap didominasi guru. Disusul tenaga kesehatan, penyuluh pertanian, tenaga administrasi, serta teknis lainnya. “Kita harapkan pengangkatan CPNS dari honorer terakhir 2012. Setelah itu tidak ada lagi. Bagi yang tidak lolos tes tahun ini, akan menjadi PTT (Pegawai Tidak Tetap) dan akan diatur dalam PP sendiri juga,” tandas menteri dari Partai Demokrat ini. Untuk diketahui, sebanyak 51.075 atau 33,53 persen honorer kategori satu menunggu penetapannya sebagai CPNS. Mereka sudah dinyatakan lolos verifikasi dan validasi serta memenuhi kriteria pemberkasan. Sedangkan jumlah tenaga honorer kategori dua yang masuk per 31 Desember 2010 sebanyak 417.519. Terdiri dari instansi pusat 60.748 orang dan daerah 356.771. Dengan total instansi yang mengusulkan 336, di mana 13 pusat dan 323 daerah. Data tenaga honorer kategori kedua ini sampai sekarang terus bertambah, sehingga sampai 8 Februari 2011 mencapai 628.465. Adapun rincinnya, pusat 78.279 orang dan daerah 550.186, dengan total instansi yang mengusulkan adalah 489. (Esy/jpnn) Related Posts : Formasi CPNS Honorer Kategori II Sebanyak 50 Ribu Waduh, Kebanyakan Honorer Tertinggal Gagal Menjadi CPNS Pengumuman Honorer Menjadi CPNS Tinggal Menunggu PP Info Hasil Verifikasi dan Validasi Tenaga Honorer Pemkab Kuningan Tahun 2010 Puluhan Ribu Tenaga Honorer Segera Menjadi CPNS

Formasi CPNS Honorer Kategori II Sebanyak 50 Ribu

Penyelesaian tenaga honorer kategori II (yang tidak dibiayai APBN/APBD) akan dilakukan bertahap hingga 2013. Tahap pertama di 2012, pemerintah mengalokasikan kuota CPNS bagi honorer kategori II sebanyak 50 ribu. Selanjutnya pada 2013, kuota maksimal 50 ribu juga akan disiapkan. Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN & RB), Tasdik Kinanto mengatakan, penyelesaian tenaga honorer kategori II akan dilakukan pada 2012. Sebab, tahun ini yang dituntaskan adalah honorer kategori I (yang dibiayai APBN/APBD). “Memang tadinya pengangkatan honorer kategori II dimulai tahun ini. Tapi karena RPP tentang tenaga honorer baru diselesaikan tahun ini, menyebabkan pengangkatannya tertunda. Tahun ini yang diangkat honorer kategori I,” terang Tasdik, Selasa (12/4). Pengangkatan tenaga honorer kategori II, lanjutnya, untuk mengisi kebutuhan formasi 2012 dan 2013, sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Mekanisme pengangkatannya, mengikuti tes sesama honorer dengan materi ujian tertulisnya adalah tes kompetensi dasar berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan pemerintah. “Yang membuat soal ujian kompetensi dasarnya adalah pejabat pembina kepegawaian. Materinya berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan pengolahan hasil ujian dilakukan dengan komputer dan dapat bekerja sama dengan rektor perguruan tinggi negeri,” jelasnya. (esy/jpnn) Related Posts : Jumlah Pengajuan CPNS Honorer Belum Jelas Batas Akhir Honorer Menjadi CPNS Adalah Tahun 2012 Rekrutmen CPNS Prov Sulsel 2011 Dihentikan Info Hasil Verifikasi dan Validasi Tenaga Honorer Pemkab Kuningan Tahun 2010 Waduh, Kebanyakan Honorer Tertinggal Gagal Menjadi CPNS Keywords HONORER KATEGORI II, berapa kuota cpns 2, Wiyata bhakti puskesmas/ SD honorer kategori, UJIAN TEST SESAMA TENAGA HONORER KATEGORI 2, tindak lanjut honorer k2 kab lamongan, tes sesama honorer, Pengangkatan tenaga honorer pormasi tahun 2012, pengangkatan honorer kategori II yang tidak lolos tes tertulis, Nasib honor daerah tmt 1 maret 2005, maksud cpns kategori 2 apa Sharing Info Ke Teman...!

MANFAAT SENYUM

Senyum, menurut seorang ahli adalah cara terbaik untuk membantu tubuh berfungsi lebih baik. Senyuman meningkatkan kesehatan, menurunkan level stress, dan membuat Anda lebih atraktif. Berikut ini rangkuman tentang manfaat senyuman: 1. Senyum membuat Anda lebih menarik. Orang yg byk tersenyum memiliki daya tarik. Orang yg suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang. Orang yg selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman. Dipastikan orang yg byk tersenyum memiliki byk teman. 2. Senyum mengubah perasaan. Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah. 3. Senyum menular. Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia. 4. Senyum menghilangkan stres. Stres bisa terlihat di wajah. Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika Anda stres, ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih. 5. Senyum meningkatkan imunitas. Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum. 6. Senyum menurunkan tekanan darah. Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat Anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat Anda tersenyum saat diperiksa. Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah. 7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin. Senyum ibarat obat alami. Senyum bisa menghasilkan endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin. Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit. 8. Senyum membuat awet muda. Senyuman menggerakkan banyak otot . Akibatnya otot wajah terlatih sehingga Anda tidak perlu melakukan face lift. Dijamin dengan byk tersenyum, Anda akan terlihat lebih awet muda. 9. Senyum membuat Anda terlihat sukses. Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal, dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien. Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik. 10. Senyum membuat orang berpikir positif. Coba lakukan ini : pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Penyebabnya, ketika Anda tersenyum, tubuh mengirim sinyal “hidup adalah baik”. Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah. Sumber e-motivasi Syaiful Rosyid-Sukses Tersenyum admin Facebook Group Sukses Tersenyum

HANYA PERLU WAKTU Untuk bisa sesuatu kita perlu waktu

Untuk bisa memaafkan orang lain kita butuh waktu Untuk bisa dimaafkan orang lain pun kita butuh waktu Untuk mengkoreksi segala sesuatu kita butuh waktu Untuk menjadi yang terbaik kita butuh waktu Untuk membuat sesuatu kita butuh waktu Untuk menghancurkan sesuatu kita butuh waktu Untuk menjadi sedih kita perlu waktu Untuk menjadi bahagia kita perlu waktu Untuk menjadi sukses kita butuh waktu Untuk menjadi hancur kita butuh waktu Untuk mencintai orang lain kita butuh waktu Untuk dapat dicintai seseorang kita butuh waktu Untuk dapat mengambil keputusan kita butuh waktu Untuk memahami orang lain kita butuh waktu Untuk dapat dipahami orang lain kita butuh waktu Untuk dapat mengerti sesuatu kita perlu waktu Untuk dapat tumbuh dewasa kita perlu waktu Untuk bisa sembuh dari segala kesakitan kita perlu waktu Untuk bisa sakit kita perlu waktu Jadi..bersabarlah karena segala sesuatunya kita hanya butuh WAKTU..... by: beltagobelgobel »» read more Posted by Air Putih 1 Comments

PTK Bahasa Indonesia Kelas III SD Posted on September 26, 2011 by davidsbayer

PTK Bahasa Indonesia Kelas III SD Posted on September 26, 2011 by davidsbayer PTK Bahasa Indonesia Kelas III SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar calistung (baca tulis hitung), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis” maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya pada tahap keberwacanan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran wacanan (di kelas-kelas tinggi atau kelas III sampai kelas VI SD). Hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi, oleh sebab itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas II, 1994:20). Belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai peran penting adalah aspek keterampilan menulis (Zuchdi, 1997:100). Sedangkan menurut Ary (2004) kegiatan berbahasa tersulit adalah menulis. Sebab, menulis ini tidak hanya melibatkan representasi grafis pembicaraan, tetapi juga pengembangan dan presentasi pemikiran secara terstruktur. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasaan yang harus dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Keterampilan menulis sifatnya fungsional bagi pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat. Menurut Harris (1988) membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk keterampilan menulis, karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa. Dalam membuat kalimat perlu memperhatikan dua hal, yaitu substansi dari hasil tulisan (ide yang diekspresikan) dan aturan struktur bahasa yang benar (grammatical form and syntactic pattern). Unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subyek, predikat, obyek dan keterangan dengan benar dan jelas bagi pembaca, mengungkapkan gagasan utama secara jelas, membuat teks koheren, sehingga orang lain mampu mengikuti pengembangan gagasan serta memperkirakan pengetahuan yang dimiliki target pembaca. Salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas III SD semester I adalah 4.1 Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan. Kompetensi dasar ini dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator di antaranya : • Mengurutkan kalimat dari kartu kalimat • Menyusun paragraf berdasarkan kartu kalimat dengan ejaan yang tepat Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil tes belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Membuat Teks paragraf di kelas III SDN Xxxxxx 03 Kecamatan Yyyyyy tempat peneliti bekerja, peneliti menemukan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapannya dengan pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah hasil belajar siswa akan lebih baik, kenyataannya masih banyak anak-anak yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan. Data menunjukkan bahwa kemampuan siswa Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan sangat memprihatinkan atau masih rendah, yaitu dari 20 siswa hanya 6 siswa yang mendapat nilai di atas 65 (di atas KKM) setelah diadakan tes awal kemampuan siswa dalam membuat kalimat Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktoberr 2010 atau hanya 30% siswa yang memenuhi KKM. Rendahnya kemampuan siswa dalam Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurang mengesankan serta kurangnya tugas yang diberikan oleh guru. Nursidik K. (2007) karakteristik usia SD senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Permainan menurut Carrier (1982) mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi guru bahasa, sebab permainan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bahasa tertentu dengan situasi yang tidak terlalu formal. Sedangkan menurut Hadfield (1984) permainan merupakan aktivitas yang mempunyai tujuan dan elemen kesenangan. Menurut Frieda (2007) seorang staf pengajar psikologi UI dalam acara Forum Nasional di Depok, pada saat melakukan permainan terlihat gembira dan tertawa. Tertawa sebelum belajar adalah bukan sesuatu hal yang buruk. Suasana gembira justru membangkitkan semangat . Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, dalam Quantum Learning, membahasakan kegembiraan itu dengan terbangunnya emosi positif. Emosi positif akan membuat otak dapat bekerja secara optimal (Hernowo, 2007:27). Menurut Meier dalam Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan oleh Hernowo (2007), pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membawa perubahan terhadap diri si pembelajar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan melakukan PTK dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Menyusun Paragraf Pada Siswa Kelas III Melalui Permainan Kartu”. Peneliti ingin mencoba mengubah tradisi lama ke arah yang lebih baru, kondusif dan komunikatif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil analisis pada latar belakang masalah dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah yang akan digunakan sebagai fokus perbaikan pembelajaran sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan Permainan Kartu dalam pembelajaran Menyusun Paragraf pada siswa kelas III dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia? 2. Apakah penggunaan Permainan Kartu dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan Menyusun Paragraf pada siswa kelas III SDN? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui permainan kartu. 2. Meningkatkan keterampilan menyusun paragraf Bahasa Indonesia melalui permainan kartu pada siswa kelas III SDN. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat. 1. Bagi Siswa Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa khususnya keterampilan menyusun paragraf. Selain itu, melalui permainan kartu siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Menghilangkan anggapan bahwa belajar bahasa itu membosankan. 2. Bagi Guru Penelitian ini dapat memacu guru agar lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan guru. E. Batasan atau Penegasan Istilah Menghindari terjadinya kesalahan penafsiran istilah dalam memahami inti masalah dalam penelitian ini, ditegaskan arti dari beberapa istilah yang digunakan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan adalah proses upaya-upaya kegiatan yang dilakukan supaya terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan atau bertambahnya sesuatu perubahan dari segi jumlah/kuantitas. 2. Keterampilan adalah kecakapan atau kemampuan melakukan sesuatu tugas pada siswa. 3. Membuat adalah mengadakan (menghasilkan, menjadikan) sesuatu benda (barang, dsb). 4. Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun. 5. Paragraf adalah deretan dua kalimat atau lebih yang memiliki satu ide pokok atau gagasan pokok, diikuti beberapa kalimat penjelas. 6. Pembelajaran adalah suatu kegiatan guru dalam memilih menetapkan, mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan. 7. Permainan adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak bersungguh-sungguh atau biasa saja. 8. Kartu adalah kertas yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang relatif sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang terdiri dari: kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat. 9. Dalam pembelajaran kali ini yang akan kita gunakan adalah kartu kalimat.   BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000:24). Ada beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar psikologi pendidikan dalam Moh. Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne (1977), belajar merupakan perubahan kecakapan yang berlangsung dalam periode tertentu yang bukan berasal dari proses pertumbuhan (fisik). Morgan, at.al (1986), belajar merupakan perubahan relatif permanen karena hasil praktek atau pengalaman. Slavein (1994), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (experience). Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri (2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner (1985) dalam Muhibbin Syah (2000:89), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Habermas (Rene, 1996), belajar baru terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat dipisahkan (Ihat Hatimah, dkk: 1.8). James O. Wittaker dalam Wasty Soemanto (1999:104) mengatakan bahwa belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian di muka, belajar adalah kegiatan/proses manusia untuk berubah menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami keadaan lingkungan itu juga merupakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. 2. Pembelajaran Humanistik Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk dapat benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide-ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan menanamkan konsep yang penting dalam diri siswa. Pandangan tentang pembelajaran humanistik, ada 3 yaitu: a. Pandangan Progresif Pandangan progresif memfokuskan kepada anak sebagai orang yang mau belajar daripada sebagai subyek belajar. Masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak untuk belajar, dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah. John Dewey sebagai tokoh progresif memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif dan ingin memahami lingkungan di mana siswa berada, lingkungan kehidupan manusia secara personal maupun kolektif (sosial). Menurut Dewey (Tilaar: 2000) dalam Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan (Ihat, 2007:1.16), pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa (dalam hal ini anak-anak) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus, yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman-pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial. Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan adalah membangun dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi di masa yang akan datang. Pandangan progresif menghendaki perubahan dalam situasi pendidikan, anatara lain: memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara perseorangan, belajar melalui pengalaman, memberi motivasi bukan perintah, melibatkan siswa dalam situasi sekolah, dan menyadarkan siswa bahwa hidup itu dinamis (selalu berubah). Terdapat lima prinsip pendidikan progresif dalam Ihat Hatimah (2007:1.18), yaitu; (1) berikan kebebasan kepada anak untuk berkembang secara alamiah, (2) minat, dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baikuntuk belajar, (3) guru memiliki peran sebagai nara sumber dan pembimbing kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga, (5) sekolah progresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan. b. Pandangan Sosiokultural Konstruktivis Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, di mana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky, yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan. Menurut Ihat Hatimah (2007:1.24), teori konstruktivis modern terbagi atas empat prinsip kunci yaitu: (1) penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran, (2) ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan mereka, (3) adanya penekanan pada keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif, (4) proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar menggunakan media. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajarai sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru. c. Pandangan Ki Hadjar Dewantoro Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksudterdiri dari tiga macam, yaitu; berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri (Ihat Hatimah, 2007:1.34). Salah satu pikiran Ki Hadjar Dewantoro tentang pendidikan diwujudkan dalam bentuk Taman Siswa. Lahirnya pendidikan Taman Siswa diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurut Ki Hadjar Dewantoro, pendidikan barat memiliki ciri; perintah, hukuman dan ketertiban. Pendidikan pada Taman Siswa tidak menggunakan pendekatan paksaan. Dasar pendidikan yang dipergunakan adalah Momong, Among, dan Ngemong. Dalam hal ini tidak ada paksaan terhadap siswa tetapi lebih kepada membimbing dan memimpin meskipun pada hal-hal tertentu peran tersebut juga tidak diperlukan. Siswa berkembang sesuai dengan kodratnya, sehingga peran guru sebagai pendamping dan orang yang membantu mengarahkan siswa sesuai dengan perkembangannya (Ihat Hatimah, 2007:1.35). Beberapa falsafah yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan: 1) Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya. 2) Kodratnya itu btersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai hidup tertib dan damai. 3) Adat istiadat sifatnya dinamis. 4) Untuk mengetahui karakteristik masyarakat saat ini diperlukan kajian mendalam tentang kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat. 5) Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain, hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan antar bangsa. Pembelajaran humanistik ini adalah pembelajaran yang memanusiakan manusia. Pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktualisasi diri si pembelajar. Guru harus menyadari bahwa siswa adalah makhluk yang berbakat dan berkembang. Pengajaran beralih ke arah penyelenggaraan sekolah progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan, dan sekolah yang menggunakan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Proses belajar mengajar melibatkan siswa. Materi disesuaikan dengan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. Guru hendaknya mengenal, menyelami kehidupan jiwa siswa dan menyadari bahwa ia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia yang berharga dan berkembang. Proses belajar ditujukan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, maksudnya adalah mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Hal ini sesuai dengan pandangan pembelajaran humanistik progresif. 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut M. Ngalim Purwanto (1997:4) dalam metodologi pengajaran Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, memahami orang lain, menyatakan diri, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Achmad Alfianto (2006) menyebutkan bahwa pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia diibaratkan seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. M. Ngalim Purwanto (1997:4) juga menyebutkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia meliputi: a. Penguasaan Bahasa Indonesia; b. Kemampuan memahami; c. Keterampilan berbahasa/menggunakan bahasa untuk segala macam keperluan; d. Apresiasi sastra. 4. Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, yaitu: mendengar/menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan tersebut merupakan keterampilan dasar bahasa. Bahasa dalam kehidupan sehari-hari berfungsi sebagai alat komunikasi dengan orang lain dan lingkungan. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi lisan dan tertulis. a. Mendengar/menyimak Mendengar dan menyimak materi yang disampaikan guru di depan kelas merupakan upaya seseorang untuk menyimpan informasi, informasi diterima melalui proses inderawi dan kemudian dikirim ke dalam memori yang pada suatu saat informasi itu dapat dipanggil atau digunakan lagi (Martinis, 2007:182). Kegiatan mendengar dan menyimak tidak dapat dilakukan dengan kegiatan motorik lain, seperti mendengar yang disertai dengan kegiatan menulis atau kegiatan lain. Mendengar dan menyimak seseorang tidak akan mendapat hasil yang baik. Mendengar dan menyimak membutuhkan konsentrasi dan energi yang terpusat. Namun pendengaran seseorang diakui oleh para ahli tidak dapat diandalkan. Oleh sebab itu, dianjurkan dibuat catatan agar memudahkan seseorang untuk mengingat. Kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dalam mendengar sajian, uraian, dan penjelasan dari seseorang sekitar 20 menit (Martinis, 2007:184). Sajian yang diberikan harus dibarengi dengan ilustrasi segar, humor, dan penyampaian materi harus penuh semangat, dan sedikit rileks. b. Berbicara/bercerita Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang disampaikan secara lisan. Dalam kegiatan pembelajaran, keterampilan berbicara sangat penting untuk dapat berinteraksi antara guru dengan siswa melalui tanya jawab. Kegiatan yang membutuhkan keterampilan berbicara antara lain: pidato, ceramah, dan bercerita. Penyampaian materi kepada para pendengar harus dilakukan dengan variasi. Hal ini dilakukan agar pendengar tidak merasa jenuh. Berdasarkan pengertian di muka, berbicara adalah kegiatan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara verbal, baik untuk memperoleh informasi ataupun menyampaikan informasi. c. Menulis Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno, 2007:1.3). Menulis merupakan aktivitas menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan yang terkandung dapat disampaikan dengan baik kepada pembaca (Suroso, 2007:170). Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Suroso, 2007:27). Dengan kemampuan itu, seseorang dapat mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, dan kemampuannya kepada orang lain melalui tulisan. Mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus berhadapan langsung dengan orang yang diajak berkomunikasi. Keterampilan menulis dalam kehidupan modern sangat dibutuhkan. Dengan memiliki keterampilan menulis seseorang dapat merekam, mencatat, menyakinkan, melaporkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Menulis sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya. Menurut Suparno (2007:1.4), manfaat yang dapat dipetik dari menulis antara lain: 1) Peningkatan kecerdasan. 2) Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas. 3) Penumbuhan keberanian. 4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Menurut Graves (1978), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis dan merasa tidak tahu bagaimana menulis (Suparno, 2007:1.4). Ketidaksukaan tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Smith (1981) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri (Suparno, 2007:1.4). Berdasarkan pengertian di muka, menulis adalah suatu kegiatan mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran kita ke dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis pada diri siswa masih harus ditingkatkan karena dengan menulis dapat meningkatkan daya kreativitas, kecerdasan, keberanian, dan menambah informasi siswa. rasa ingin tahu siswa muncul melalui kegiatan menulis. Mengingat pentingnya keterampilan menulis bagi perkembangan siswa khususnya kelas III SD, maka peneliti memfokuskan pada keterampilan menyusun paragraf. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum kelas III SD semester I. d. Membaca Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa (Martinis, 2007:106). Kemudian pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam berfikir, menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan keputusan. Membaca membutuhkan konsentrasi, penguasaan kata-kata dan kecepatan membaca, membaca tidak dapat dilakukan dengan aktivitas lain, seperti membaca sambil menulis, mendengar, bercakap-cakap, dan lain-lain (Martinis, 2007:107). Salah satu aktivitas ini akan mengganggu membaca, mungkin saja seseorang dapat membaca sambil mendengar akan tetapi sasaran membaca tidak akan tercapai, terutama pemahaman bacaan, kualitas bacaan, isi bacaan. 5. Kalimat Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Kalimat dapat diartikan sebagai perkataan atau satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual/potensial terdiri atas klausa (Depdikbud, 1989:380). Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir (Angga, 2004:81). Kalimat itu ada yang terdiri atas satu kata atau lebih. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Menurut Ramlan (1996) setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ida, 2007:20). Menurut Alwi, et. al. (1998) dan Kridalaksana (1985), wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Ida, 2007:20). Berdasarkan pengertian di muka, kalimat merupakan konstruksi besar yang terdiri atas satu kata atau lebih yang berdiri sendiri untuk mengungkapkan suatu konsep pikiran dan mempunyai pola. 6. Paragraf Paragraf adalah deretan dua kalimat atau lebih yang memiliki satu ide pokok atau gagasan pokok, diikuti beberapa kalimat penjelas. Paragraf dapat ditulis menjorok ke dalam pada awal kalimat atau diberi spasi pada kalimat akhir (Depdikbud, 1989: 392). 7. Permainan Kartu Bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu (dengan alat dsb) untuk bersenang-senang (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:620). Menurut Citra (2004), bermain itu menyenangkan karena dalam bermain bebas mengekspresikan perasaan-perasaannya, ide-ide ataupun fantasi-fantasinya yang kadang tidak selalu selaras dengan kenyataan yang sebenarnya. Ia dapat membuat aturan-aturan sendiri, menguasai lingkungan tempat ia bermain ataupun mengorganisir orang-orang atau benda-benda yang ikut terlibat dalam permainan yang sedang dilakukannya. Dalam bermain tidak merasa terpaksa atau ada suatu beban, juga tidak ada keharusan untuk mempedulikan hasil akhir dari bermain. Menurut Sally (2007), perkembangan seorang sejak masa bayi, banyak keterampilan-keterampilan yang dimilikinya diperoleh melalui bermain. Misalnya dapat menggenggam mainannya dengan baik pada awalnya adalah karena orang tua/orang dewasa lain sering memperlihatkan mainan kepadanya, menggoyangkannya di hadapan dan mencoba meraih dan menangkap mainan tersebut. Melalui bermain dapat mengenal dunia sekitarnya baik orang-orang yang ada di sekitarnya maupun benda-benda yang ia temui dalam bermain. Menurut Admin (2007), permainan dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan motorik kasar dan halus. Permainan juga akan membantu memahami tubuhnya; fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar, bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan. Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan peran orang lain. Melalui permainan dapat belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain. Kegiatan bermain merupakan “laboratorium bahasa”. Di dalam bermain, bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Jumlah kosakata yang dikuasai dapat meningkat karena mereka dapat menemukan kata-kata baru. Jadi seorang yang sedang bermain berarti orang itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Oleh karena bermain itu menyenangkan, tidak keberatan untuk beberapa kali mengulangi suatu permainan sehingga tanpa disadari sedang melatih diri untuk melakukan sesuatu yang terkandung dalam permainan yang dilakukannya berulang kali. Selain untuk kesenangan, ada manfaat-manfaat tertentu yang dapat diperoleh melalui bermain. Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan peran orang lain. Melalui permainan dapat belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain. a. Pengertian Kartu Menurut Molly tersedia dalam http://www.mazrawul84.wordpress.com, sebagaimana permainan yang lain, bermain kartu memang bisa dinikmati karena cukup menarik dan mampu membuat menjadi rileks. Tak hanya itu, permainan pun dapat bertambah pengetahuannya sambil bermain. Secara general, Molly mengatakan, permainan kartu mengajarkan tentang: 1) Aturan Aturan permainan kartu harus dipatuhi bersama. Bila tidak mampu memahami dengan baik aturan permainannya, bisa-bisa ia akan tertinggal atau kalah terus-menerus. 2) Kedisiplinan Aturan harus disertai dengan disiplin. Misalnya, kapan saat dirinya membuang dan mengambil kartu. Tanpa disertai disiplin dapat merusak jalannya permainan. 3) Sportivitas Permainan pasti ada yang kalah dan menang. Lewat permainan, diajarkan untuk menerima jika dirinya kalah dan bersedia untuk mengocok kartu atau bahkan dikenai sanksi lainnya seperti, dicoret dengan lipstik, bedak, atau yang lain. Sebaliknya, bila menang tidak boleh sombong. 4) Sosialisasi Bermain kartu, hubungan pertemanan dapat terjalin lebih erat baik antara orang tua ¬, kakak-adik, ataupun dengan teman sebaya. 5) Analisis sederhana Terpacu untuk berpikir bagaimana caranya supaya bisa menang. Dengan demikian belajar memperkirakan, kartu yang mana yang harus dikeluarkan agar dirinya berhasil menang. Menurut Andreas Sarwono (2003), Chain Card Game adalah sebuah terjemahaan bebas dari Permainan Kartu Berantai. Para pemain memainkan kartu ini layaknya seperti bermain kartu remi. Kartu permainan (Bahasa Inggris: playing cards), atau lebih dikenal dengan kartu remi, adalah sekumpulan kartu seukuran tangan yang digunakan untuk permainan kartu. Kartu ini sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti sulap, enkripsi, permainan papan, dan pembuatan rumah kartu. Kata “remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu permainan kartu. Sejumlah ahli sejarah menduga, kartu permainan remi hasil evolusi dari sejenis permainan catur yang dimainkan oleh para gembala di Asia Barat. Sambil menggembala, mereka bermain catur memakai kerikil. Ahli lain berpendapat, permainan kartu merupakan evolusi dari semacam upacara untuk berkomunikasi dengan para dewa. Empat batang tongkat atau panah yang sudah ditandai dengan empat simbol berbeda, dilemparkan ke atas altar. Tongkat mana yang jatuh, itulah yang diinterpretasikan sang pendeta sebagai titah dewa. Dalam permainan ini, pemain ditugaskan menyusun kartu-kartu yang dimiliki agar menjadi sebuah kalimat atau memainkan kartunya untuk meneruskan kalimat pemain lawan yang belum selesai, bisa di awal atau di akhir susunan kartu (http://www.mazrawul84.wordpress.com). Berdasarkan pengertian di muka dapat disimpulkan bahwa kartu adalah kertas yang berbentuk kotak dengan ukuran tertentu. Penggunaan kartu dalam pembelajaran banyak manfaatnya, antara lain: melatih anak mematuhi aturan, sportifitas, disiplin, melatih anak dalam menganalisis masalah secara sederhana, dan berteman. b. Teknik Memainkan Permainan dapat dimainkan oleh empat pemain atau lebih, dengan jumlah kartu 60 lembar setiap setnya. Jumlah ini dapat saja ditambah atau dikurangi. Di kartu tertulis satu kosa kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu sebuah penggalan-penggalan kalimat yang telah diatur sehingga jika kartu dimainkan dengan benar akan terbentuk suatu kalimat Bahasa Indonesia yang benar. Kartu-kartu tersebut terbuat dari karton dengan ukuran 5 x 8 cm. Ukuran ini dapat saja disesuaikan dengan selera pembuat kartu. Namun yang paling penting dengan permainan kartu berantai (Chain Card Game) ini sangat diminati para siswa. Mereka tidak lagi takut salah membuat kalimat. Dari kalimat yang terbentuk, kemudian siswa diberi kesempatan mengurutkan kalimat yang telah mereka buat menjadi sebuah paragraf yang utuh. Semua siswa aktif dalam mengikuti belajar bahasa. Banyak upaya guru yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan salah satunya adalah menggunakan permainan kartu berantai.   BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN Batu Tuhup-1 khususnya dilaksanakan di kelas III semester I tahun ajaran 2011/2012. Sekolah ini terletak di Desa Batu Tuhup Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya, mempunyai 6 kelas, yaitu: kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Jarak dari kecamatan sampai ke lokasi harus menempuh sejauh kira-kira 1,5 kilometer. Tempat tinggal siswa berjarak kira-kira antara 50 meter hingga 500 meter, mereka datang ke sekolah dengan berjalan kaki dan ada pula yang naik sepeda. Jumlah referensi buku pelajaran bahasa Indonesia masih dirasakan kurang. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian siswa kelas III SDN Batu Tuhup-1 Kecamatan Laung Tuhup tahun ajaran 2011/2012. Dengan jumlah siswa kelas III yaitu 24 anak. Siswa laki-laki berjumlah 16 dan siswa perempuan berjumlah 8. 3. Waktu Penelitian a. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 2 dan 4 Agustus 2011. b. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 9 dan 11 Agustus 2011. c. Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 16 dan 18 Agustus 2011. B. Prosedur Penelitian Menurut Rusna Ristasa dan Supianto (2007: 7-8) penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui pengkajian berdaur, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merefleksi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah Prosedur pelaksanaan PTK dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan dalam pelaksanaan peneliti dibantu oleh seorang observer dengan identitas sebagai berikut : Nama : Sri Rahayu Tempat tugas : SDN Batu Tuhup-1 Kecamatan : Laung Tuhup Kabupaten : Murung Raya Jabatan : Guru Kelas IV Tugas : Mengobservasi kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I, II dan III. C. Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data 1. Sumber Data Sumber data adalah siswa kelas III SDN Batu Tuhup-1 dan tim peneliti. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data kualitatif berasal dari hasil pengamatan siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia melalui permainan kartu. 2. Teknik Pengumpulan Data Pertama diadakan tes awal untuk mendapatkan data pendukung yang akurat sehingga mempunyai dasar yang kuat untuk melaksanakan penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan segala perangkat yang akan digunakan selama penelitian berlangsung, seperti pembuatan perangkat pembelajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan, dan beberapa instrumen lain seperti lembar tes, observasi, analisis, pedoman wawancara, catatan lapangan dan kartu Chain Card Game. 3. Analisis Data Data dianalisis berdasarkan perubahan setiap siklus tentang keterampilan siswa dalam membuat kalimat yang runtut. Hasil analisis refleksi pertama, yang berasal dari jurnal dan observasi kelas digunakan sebagai acuan untuk menentukan tahapan siklus berikutnya. Siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan/perubahan tingkah laku maupun kreatifitas dalam hal membuat kalimat. D. Deskripsi Per Siklus 1. Perencanaan Awal Setiap siklus akan melaksanakan Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran yang rincian SK dan KD pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III sebagai berikut: Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraf dan puisi. Kompetensi Dasar : Menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Materi Pokok : Menyusun Paragraf Indikator : - Mengurutkan gambar seri - Menyusun paragraf berdasarkan gambar seri dengan ejaan yang tepat. Hari, Tanggal : a. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 2 dan 4 Agustus 2011. b. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 9 dan 11 Agustus 2011. c. Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa dan Kamis, 16 dan 18 Agustus 2011. Tujuan Perbaikan : a. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui permainan kartu. b. Meningkatkan keterampilan menyusun paragraf Bahasa Indonesia melalui permainan kartu pada siswa kelas III SDN Batu Tuhup-1. Penelitian Tindakan Kelas pada tahap perencanaan awal dilakukan dengan 3 siklus selama semester pertama. Siklus pertama dilakukan dalam 4 jam pelajaran. Siklus kedua dilakukan dalam 4 jam pelajaran, dan siklus ketiga dilakukan dalam 4 jam pelajaran sehingga seluruhnya berjumlah 12 jam pelajaran. Penelitian ini diharapkan setiap siklus terjadi perubahan yang ingin dicapai. Perencanaan awal dilakukan di setiap siklus, mulai dari siklus I, II, dan III. 2. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dilakukan dengan membuat segala sesuatu yang diperlukan seperti: Perangkat Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) mini, kartu Chain Card Game sebanyak 7 set, dan beberapa instrument pendukung seperti: tes, observasi dan wawancara. Dalam perencanaan tindakan ini peneliti akan membuat skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPPP. Perencanaan tindakan dilakukan di setiap siklus, mulai dari siklus I, II, dan III. 3. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru kelas III dengan berkolaborasi dengan guru kelas IV. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perkembangan sebelum naik kelas IV, mengenai bagaimana hasil belajar dan keterampilan dalam keterampilan berbahasa. Penelitian ini dilakukan pada semester I. 4. Observasi Observasi terhadap dampak tindakan dilakukan secara kontinyu dan dengan berbagai cara. Berarti dilakukan secara terus-menerus, baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses pengamatan terutama ditujukan pada perkembangan pemahaman siswa dengan acuan respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan, pemahaman dan atau kemungkinan siswa berpartisipasi dalam diskusi-diskusi atau pemecahan masalah. 5. Refleksi Peneliti melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pada siklus selanjutnya hambatan yang dihadapi berkurang. Refleksi dilakukan di setiap siklus, mulai dari siklus I, II, dan III.

Minggu, 28 Agustus 2011

Semur Daging | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Semur Daging | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Ikan Pallumara | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Ikan Pallumara | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Cumi Asing Cabe Hijau | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Cumi Asing Cabe Hijau | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Udang Tumis Kemangi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Udang Tumis Kemangi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Udang Tumis Kemangi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Udang Tumis Kemangi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Ayam Woku | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Ayam Woku | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Kue Cucur | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Kue Cucur | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Buras | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Buras | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Sapi Lada Hitam | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Sapi Lada Hitam | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

combro sehat dan bergizi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

combro sehat dan bergizi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

sambal goreng kentang | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

sambal goreng kentang | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Kamis, 25 Agustus 2011

Sate Padang Ala Avilla Kitchen | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Sate Padang Ala Avilla Kitchen | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Pindang Salem Tomat | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Pindang Salem Tomat | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Asem-asem daging Demak | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Asem-asem daging Demak | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

keripik bayam | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

keripik bayam | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Soto Ayam Betawi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Soto Ayam Betawi | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Terong bakar bumbu pecel | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Terong bakar bumbu pecel | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Puding Karamel roti tawar | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Puding Karamel roti tawar | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Tongseng Kambing | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

Tongseng Kambing | Sukamasak | Berbagi Resep Favorit Anda

tongseng kambing


Makanan Utama
Tongseng Kambing
Bahan - bahan :
Cara memasak :
Tumis bumbu yang dihaluskan bersama serai dan daun salam hingga harum.
Masukkan daging kambing, aduk hingga berubah warna.
Tambahkan santan, aduk hingga mendidih.
Tambahkan kecap, masak hingga kuah tinggal sedikit.
Masukkan kol, tomat, dan bawang daun. Aduk hingga layu. Angkat dan sajikan.
KeteranganBila tidak ingin makan daging kambing, bisa diganti dengan daging ayam.